Iklim Pasar Modal Diproyeksi Akan Membaik di Kuartal II-2021

Banyak pihak yang sebenarnya sudah memprediksi jika iklim pasar modal di awal tahun 2021 memang kurang baik. Hal ini terbukti dengan kinerja instrumen investasi yang pertumbuhannya sangat tipis.

Bahkan banyak juga yang berada pada posisi negatif di kuartal I tahun 2021 ini karena berbagai penyebab. Tidak heran jika banyak investor berhati-hati menggunakan modalnya untuk investasi di awal tahun.

Lesunya pertumbuhan di kuartal I-2021 mencakup hampir semua instrumen pasar modal di Indonesia. Hal ini juga berpengaruh pada pembagian dividen yang dianggap paling rendah dari tahun-tahun sebelumnya.

Namun ada harapan di kuartal II-2021 dengan adanya proyeksi jika keadaan pasar modal akan semakin membaik. Sehingga memberikan harapan dan semangat baru dalam iklim investasi pada pasar modal Indonesia.

Kuartal I-2021 Bukan Kondisi yang Baik di Pasar Modal

Dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap adanya pertumbuhan kuartal I-2021 namun sangat tipis. Pertumbuhannya hanya 0,11% dan sangat kecil jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Keadaan iklim pasar modal tidak jauh berbeda dengan obligasi pemerintah di Indobex Goverment Bond yang kinerjanya negatif. Terjadi penurunan sebesar 2,35% sedangkan obligasi korporasi berhasil tumbuh 1,66%.

Kinerja instrumen safe haven dolar AS berhasil mengalami pertumbuhan kinerja selama kuartal I-2021 sebesar 3,38%. Investasi emas pada awal tahun ini terkoreksi mengalami penurunan kinerja sangat besar yaitu 11,15%.

Sebenarnya pasar sudah menyambut baik kuartal I-2021 karena optimis akan pemulihan ekonomi dari pandemi. Terbukti dengan kenaikan IHSG sampai ke level 6.400 pada masa itu membuktikan ekspektasi pasar sangat tinggi.

Namun beberapa penyebab melemahnya kinerja IHSG utamanya karena kasus pandemi yang semakin meningkat. Bahkan mencapai 10.000 kasus per harinya membuat pasar khawatir pemulihan ekonomi tidak berjalan sesuai harapan.

Penyebab lain yield US Treasury membuat banyak investor asing melepas sahamnya yang ada di Indonesia. Keadaan ekonomi yang berkembang baik di negara maju menjadi perhatian banyak investor daripada negara berkembang.

Terlebih lagi pernyataan Menkeu Sri Mulyani dengan menyebut pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 masih rentang negatif. Cukup memberi pukulan sehingga membuat iklim pasar modal semakin lesu dan tidak optimis lagi.

Pasar reksadana kondisinya tidak jauh berbeda dan hanya pasar uang berhasil membukukan pertumbuhan positif. Terlihat pada Infovesta 90 Money Market Fund Index tumbuh sangat tipis 0,91% di akhir Maret 2021.

Sementara itu reksadana mengalami koreksi 2,11% masih terlihat di Infovesta 90 Money Market Fund Index. Reksadana campuran terkoreksi 1,85% dan reksadana saham mengalami koreksi paling tinggi yaitu 4,04%.

Reksadana saham paling banyak koreksinya karena banyak investor asing keluar dan melepas sahamnya. Bahkan nilainya mencapai milyaran rupiah dalam satu hari sehingga membuat iklim di pasar modal terlihat sangat buruk.

Diproyeksi Membaik Iklim Pasar Modal Pada Kuartal II-2021

Meski keadaan di awal tahun 2021 tidak begitu membaik namun banyak investor optimis menyambut kuartal II-2021. Adanya vaksinasi yang terus dikebut sehingga harapan untuk pemulihan ekonomi semakin cepat.

Terlebih lagi kasus harian positif corona sudah mulai pengalami penurunan yaitu sekitar 5000’an kasus per harinya. Hal ini menjadi semangat baru untuk iklim pasar modal semakin membaik dari kuartal sebelumnya.

Pada kuartal II-2021 emiten akan membagikan dividen dan berbagai laporan sudah mulai dirilis juga. Harga komoditas sudah mulai stabil sehingga menguntungkan perusahaan ekspor dan diharapkan menjadi sentimen positif.

Pada pasar obligasi inflasi masih sangat rendah dan pertumbuhan ekonomi berada pada level negatif. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk pemangkasan suku bunga acuan SBN sehingga peluang harga lebih murah.

Saat ini yiel SBN seharunya berada di bawah 6% sementara faktanya masih bergerak antara 6,6% – 6,7%. Dapat dikatakan saat ini SBN sedang murah sehingga memiliki prospek menarik di kedepannya.

Untuk prediksi obligasi masih cenderung overweight jadi direkomendasikan bagi investor melakukan pembagian. Misalnya pembagian seperti 50% untuk obligasi, 25% di saham dan 25% lagi dimanfaatkan pada pasar modal.

Pemulihan ekonomi tahun ini sudah menunjukkan ke arah positif terutama pada kuartal II-2021. Namun baru tahun depan pemulihan ekonomi dinilai benar-benar terjadi karena selesainya vaksinasi dan aktivitas normal kembali.

Mengalami pertumbuhan sangat tipis bahkan cenderung ke arah negatif pada kuartal I-2021. Tidak menjadi alasan untuk optimis di kuartal II-2021 dimana iklim pasar modal akan semakin membaik.