Penerbitan Obligasi Korporasi Kembali Ramai di Masa Pandemi

Penerbitan obligasi korporasi sebelumnya sempat meredup selama masa pandemi karena berbagai pembatasan sosial. Hal ini sangat wajar karena banyak perusahaan hanya bisa bertahan di masa-masa sulit sebagai bencana global.

Hampir satu tahun pandemi corona belum juga selesai namun hawa segar sudah mulai terasa bagi dunia usaha. Cukup banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu bertahan karena berbagai penyebab.

Melemahnya ekonomi Indonesia dan global sangat negara karena pandemi terjadi hampir di seluruh negara dunia. Saat ini sudah ditemukan vaksin dan sedang dikerjakan proses vaksinasi masal untuk seluruh masyarakat.

Keadaan yang semakin membaik, kasus corona juga sudah bisa dikendalikan dan kasus harian juga sudah mulai menurun. Hal ini membuat penerbitan dari obligasi korporasi kembali diminati dan sudah banyak perusahaan mengincarnya.

Penerbitan Obligasi Korporasi Dilirik Perusahaan Mencari Dana Segar

Obligasi sebelumnya sempat meredup karena jumlah peminatnya terus mengalami penurunan selama masa pandemi. Namun kali ini sudah banyak perusahaan yang mulai melirik untuk bisa mendapatkan dana segar.

Banyak perusahaan sudah mulai optimis dan bangkit lagi dari masa-masa sulit pandemi untuk mulai mengembangkan usahanya. Jika sebelumnya hanya bertahan agar tidak gulung tikar, saat ini sudah saatnya untuk bangun.

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), di bulan Maret sudah ada 7 perusahaan yang mendaftar. Mereka menunggu penerbitan obligasi korporasi untuk bisa mendapatkan dana agar kembali hidup lagi.

Beberapa nama perusahaan yaitu

  1. PT Chandra Asri Petrochemical
  2. PT Tower Bersama Infrastructure
  3. PT Merdeka Copper Gold
  4. PT Indah Kiat Pulp & Paper
  5. PT Bank Mandiri Taspen

Menurut Dimas Yusuf ramainya minat obligasi korporasi tidak lepas dari keadaan ekonomi yang semakin membaik. Jika dibandingkan tahun lalu dari masuknya virus corona di Indonesia dan menyebar dengan cepatnya.

Hal ini membuat perusahaan tidak berani mengambil risiko apabila harus menambah beban pengeluaran disaat semua tidak pasti. Jadi perusahaan memutuskan untuk menunggu sambil mengamati keadaan namun rencana ekspansi menjadi tertunda.

Sebenarnya permintaan penerbitan obligasi korporasi dari tahun lalu selalu ada namun mengalami penurunan. Tenor yang diminati adalah satu tahun dan saat ini peminatnya terus mengalami kenaikan ke arah positif.

Permintaan menjadi naik karena default risk sudah mulai mengalami pengurangan terlebih adanya vaksin. Tidak heran jika banyak perusahaan mulai memikirkan mencari dana untuk mulai lagi mengembangkan usahanya.

Alasan Obligasi Korporasi Menjadi Pilihan Banyak Perusahaan Besar

Dari banyaknya sumber dana yang bisa didapatkan oleh perusahaan, obligasi khususnya korporasi ternyata cukup menarik. Masing-masing perusahaan memiliki keputusan berbeda terkait hal ini dan memang lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan.

Misalnya dalam hal tenor, banyak perusahaan dari sektor perbankan memilih tenor satu tahun saja. Melimpahnya likuiditas, dana kelolaan reksadana dari pasar uang terus tumbuh namun bunga deposito mengalami penurunan.

Tidak heran jika obligasi korporasi menjadi pilihan terbaik karena penawaran yield memang sangat menarik daripada lainnya. Sedangkan tenor untuk penerbitan obligasi korporasi antara 3 – 5 tahun masih belum ramai diminati.

Namun jika dilihat semakin pulihnya ekonomi di Indonesia dan berbagai negara membuat obligasi akan menjadi banyak dipilih. Terutama dengan tenor menengah dan panjang juga terus mengalami kenaikan secara perlahan.

Pemilihan obligasi korporasi tentu harus berdasarkan keputusan dan perencanaan matang agar tidak mengalami kerugian. Seperti creditworthiness penerbit, track record perusahaan, rating dan disarankan dengan rating A agar terjamin aman.

Perhatikan juga aspek 5C, cek laporan keuangan, guidance perusahaan bahkan termasuk aspek kualitatif. Terkadang ada penerbit nakal yang sebenarnya mereka mampu membayar namun karena alasan kupo sedang volatile jadi persiapkan.

Jika Anda salah memilih penerbit maka kerugian seperti ini akan sangat merepotkan dan menganggu perencanaan keuangan. Lebih baik melakukan pertimbangan matang dari awal dengan jeli memilih demi meminimalkan berbagai kemungkinan.

Sedangkan untuk faktor risiko, memang default risk selalu ada namun sisi negatifnya adalah likuiditas di pasar sekunder. Sebaiknya perhatikan dengan memastikan harus memiliki likuiditas baik terutama pada pasar sekunder.

Membaiknya keadaan ekonomi karena pandemi corona sudah mulai bisa dikendalikan membawa angin segar. Saat ini permintaan penerbitan obligasi korporasi sudah kembali meningkat dan perekonomian di Indonesia segera pulih kembali.